PADANG, GN - Dua remaja tanggung itu nampak sedikit malu-malu saat berada di antrean makan malam di Aula Asrama Haji, Tabing, Padang. Begitu tiba gilirannya, Azam langsung meraih kotak nasi yang disodorkan panitia. Begitu halnya dengan Wafi. Keduanya kemudian keluar dari barisan dan mencari tempat nyaman untuk makan malam.

Azam dan Wafi merupakan peserta Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) yang digelar pada pertemuan da'i dan ulama di Padang. Keduanya merupakan hafiz dari Jogjakarta. Seluruh isi Al Quran sudah terekam di kepalanya.

Senin (11/7/2017) itu, Azam dan Wafi tampil di depan juri lomba tahfiz 30 juz. Keduanya tampil setelah shalat asyar. Mereka mengaku cukup gugup saat berada di depan banyak audiens.
"Padang lebih angker," ujar Azam dibenarkan Wafi.

Keduanya memang belum pernah tampil di depan audiens yang cukup banyak. Apalagi disorot oleh kamera televisi.

"Di sini penontonnya ramai, sempat deg-degan juga," kata Wafi yang berkulit putih itu.
Azam dan Wafi merupakan siswa kelas XII SMA 15 Klaten. Keduanya merupakan utusan sekolah tersebut. Mereka diutus mewakili sekolahnya karena sudah sering ikut lomba tahfiz di Jogjakarta. Tetapi tidak seramai di Padang.

Hari itu keduanya berusaha mencoba tampil sebaik mungkin. Sebab mereka tahu, cukup banyak lawan yang memiliki kelebihan. Mereka pun bertekad meraih hasil terbaik.

Usia Azam dan Wafi hanya terpaut satu tahun. Azam menginjak usia 16 tahun. Sedangkan Wafi lebih tua setahun dari Azam.

Namun begitu, Azam sudah lebih dulu hafiz dibanding Wafi. Azam mengaku bahwa dirinya sudah hafiz sejak Sekolah Dasar. Sedangkan Wafi sudah hafiz 30 juz pada saat kelas tiga SMP.

Ditanya siapa guru yang mengajarkan tahfiz, keduanya enggan membeberkan. Azam dan Wafi justru mengatakan bahwa mereka tak memiliki guru khusus. Mereka lebih banyak belajar sendiri.
"Karena untuk hafal Al Quran itu dimulai dari niat. Meski banyak guru yang mengajar tetapi tidak ada niat dari kita sendiri, tidak akan berhasil," ucap Wafi.

Seseorang yang mampu menamatkan Al Quran pada umumnya berotak encer. Kecerdasannya di atas rata-rata. Azam yang berkacamata itu mengaku bahwa dirinya selalu meraih juara kelas di sekolahnya. Sedangkan Wafi kerap bertengger di ranking lima besar.

Malam itu mereka berdua memilih duduk di bangku barisan belakang. Nasi kotak mereka habiskan. Meski keduanya mengaku baru kali ini naik pesawat dan keluar dari Jogjakarta, Wafi dan Azam nampak tidak kesulitan berinteraksi dengan masyarakat Padang. Sebab menurut mereka warga Padang cukup ramah dan bersahabat, hampir sama seperti di kampungnya.(Hms)

Iklan

Iklan

Iklan

Iklan
Bank Nagari

Iklan

Iklan
Bank Nagari

Translate

Pemko Padang

Pemko Padang

INVESTIGASI

by Med

Pembaca

Adbox by Med
 
Copyright © Thegemanews.com All Right Reserved